Kamis, 26 Juni 2008

Roadshow Linux Diserbu di Malang



Malang
- Roadshow Linux untuk pendidikan menyambangi kota Malang. Roadshow di kota ini disambut hangat dengan peserta membludak melebihi target, beberapa peserta bahkan rela tidak mendapatkan tempat duduk untuk hadir di acara ini.

Latar belakang peserta juga bermacam-macam, mulai dari pendidik, mahasiswa, komunitas open source, sampai orang yang ingin tahu open source. Momen ini juga menghasilkan beberapa kesepakatan bersama untuk menggalakkan FOSS di Malang

Berikut adalah laporan pandangan mata dari acara 'Roadshow Linux Untuk Pendidikan di Kota Malang'. Suasana di perpustakaan kota Malang, yang terletak di jalan yang paling mentereng di kota Malang, Jalan Ijen, Sabtu 14 Juni lalu ramai. Ada yang berbeda di hari itu, selain pengunjung rutin perpustakaan, beberapa orang nampak antre di meja pendaftaran di satu sudut perpustakaan.

Orang-orang ini sedang daftar ulang untuk acara Roadshow Linux yang dihelat di pagi itu. Tercatat ada 110 orang yang mendaftar ke Koran Pendidikan (KP), panitia lokal kegiatan ini, padahal tempat yang disediakan 100 kursi. Menjelang acarapun, masih ada beberapa orang yang daftar.

Menurut Mas Bukhin, Ketua Panitia Lokal Roadsow Linux di Kota Malang, pihaknya membuka pendaftaran dengan menggunakan berbagai media untuk memudahkan peserta. Ada formulir pendaftaran langsung di kantor KP, lewat email, telpon dan SMS. "Bahkan ada peserta yang mengirim SMS dengan kata reg spasi, kayak kuis-kuis di televisi," cerita dia sambil tertawa.

Peserta paling banyak adalah mahasisiwa dan guru, mulai tingkat SD sampai SMA. Peserta tidak hanya berasal dari Malang Raya: Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu, tapi ada juga yang datang dari Yogyakarta. Panitia lokal sepenuhanya dipegang oleh KP, tapi beberapa penggiat open source juga ikut andil, salah satunya Kolam (Komunitas Linux Arek Malang).

Peserta masuk ke ruangan dengan membawa, materi, majalah Info Linux dan CD Video Tutorial dari Kolam. Live CD BlankOn 3.0, disediakan oleh penggiat Linux sekaligus guru SMA Negeri 3 Malang, Wibisono Wardhono. Telat setengah jam dari waktu yang ditentukan, acara roadshow linux untuk pendidikan akhirnya dimulai. Ruangan berkapasitas 100 orang itu nampak penuh.

Jalannya Acara

Tanpa sambutan, acara langsung digeber dengan pengenalan logika open source oleh Ahmad Suwandi dari AirPutih. Wandi, mengawali dengan analogi penjiplak skripsi dan pemalsu jam, meskipun keduanya sama-sama mencontek, ada hal-hal yang berbeda. Dari analogi ini Wandi menarik benang merah ke prinsip open source, yakni Freedom to learn, Freedom to use, Freedom to share dan Freedom to modify.

Pengenalan ini perlu, karena banyak peserta yang belum kenal dengan open source. Setelah Wandi, giliran M. Salahuddien yang juga berasal dari AirPutih membawakan materi yang kedua, FOSS (Free and Open Source Software) untuk pendidikan. Sebelum masuk ke FOSS untuk pendidikan, Didin -- sapaan akrabnya -- menjelaskan perbedaan antara FOSS dan Propertiery. "Siapa bilang dengan propertiary hanya mengeluarkan biaya sekali untuk selamanya, anda harus membayar update. Kalau ada pengembangan software, biasanya anda juga harus meng-upgrade komputer anda. Itu biaya lagi," ujar Didin.

Saat masuk ke materi FOSS untuk pendidikan, Didin menyoroti kesalahan yang sering terjadi saat mengajar, mengenalkan produk bukan subtansi. "Guru lebih sering mengenalkan Windows, bukan mengenalkan sistem operasi," paparnya. Tak hanya itu, menurut Didin dengan menggunakan software 'berpemilik' akan menciptakan ketergantungan. Pada saat yang sama, lelaki berkacamata itu itu juga membangkitkan para guru, untuk memberanikan para murid berkiprah di dunia teknolgi informasi, karena dengan TI bisa mengejar ketinggalan bangsa Indonesia.

Walaupun sudah masuk ke materi kedua, peserta masih saja bertambah. Tampak beberapa orang di bagian belakang tidak kebagian kursi. Panitia pun menambah kursi yang tersedia. Materi lalu berlanjut ke sesi ketiga. Materi FOSS untuk kurikulum dibawakan oleh Guru SMA Negeri 3 Malang, Wibisono Wardhono.

Ia mengawali sesi-nya dengan contoh guru yang menjelaskan penghormatan terhadap hak cipta tapi dengan software bajakan, "Itu pengalaman saya sendiri," kata dia sambil tertawa. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, saat ini dia selalu menggunakan FOSS. Pada materi ini, guru muda juga itu mencontohkan betapa banyak FOSS yang bisa diajarkan ke murid.

Wibi juga menjelaskan alternatif-alternatif FOSS untuk mengganti program propertiary yang kebanyakan di sekolah adalah bajakan, seperti Open office, Inkscape dan Gimp. Tidak ingin berjalan sendiri, di depan peserta Wibi mengajak guru untuk memaksimalkan forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk memajukan pengajaran berbasiskan FOSS.

Setelah rehat, sesi berikutnya adalah sesi demo FOSS, dalam jadwal adalah teman-teman dari Universitas Brawijaya akan mendemokan distro Kuliax, tapi karena ada kesalahan teknis maka materi itu diganti dengan pengenalan OS buatan negeri sendiri, BlankOn 3.

Komunitas Linux Kota Mlang juga ikut tampil, mereka menjelaskan apa yang ada di CD demo mereka. Selain itu, komunitas yang berkantor di warnet berbasis linux ini menegaskan mereka siap membantu siapa saja yang ingin kenal lebih jauh dengan linux.

Sesi terakhir adalah sesi diskusi panel, semua pemateri hadir ke depan dan menjawab semua pertanyaan yang ada. Secara garis besar ada dua tipikal pertanyaan, yang pertama adalah mereka mempertanyakan tindak lanjut dari acara roadshow ini dan yang kedua adalah hal-hal teknis, seperti apakah Linux bisa membaca file program berbayar, lalu program linux apa yang bisa mengganti beberapa jenis progaram berbayar.

Pertanyaan dan keinginan peserta yang hadir menciptakan beberapa kesepakatan bersama diantara semua pihak yang hadir. Diantaranya adalah Koran Pendidikan akan memfasilitasi pertemuan pihak sekolah dengan penggiat linux di Malang.

Lalu rencana pertemuan antara pihak mahasiswa di Malang baik dari Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang dengan penggiat linux di Malang untuk menggugah kesadaran ber-FOSS di tingkat mahasiswa. Selain itu juga ada kesepakatan untuk pendampingan ke sekolah yang ingin menggunakan FOSS dalam proses belajar mengajar. Viva FOSS!

0 Comments:

Post a Comment